Pahlawan Kesiangan
>> Monday, January 17, 2005
(gara2 milis nyasar)
A(x): Wah kita ini kok selalu bernasib sial yo kang.
B(y): Dimana letak sialnya ?
A(x): Ketika hujan, kita nggak punya tempat berteduh. Ketika panas, kita nggak punya tempat bernaung. Tapi lihat, orang-orang kafir itu. Hidupnya makmur, kebutuhan hidupnya tercukupi. Rumahnya besar, bisa untuk berteduh, bisa pula untuk bernaung. Lengkap! ada telepon, ada listrik, ada komputer dan sebagainya.
B(y): Ya jelas, kita belum punya rumah kang.
A(x): Masalahnya begini lho kang, untuk bikin rumah itu perlu biaya yang besar. Sementara uang tak ada. Keahlianpun tiada, kecuali sedikit. Kapan kita bisa membikin rumah?
B(y): Makanya kita perlu belajar. Perlu mencari uang, perlu kursus bangunan, biar bisa mewujudkan impian. Ini kita khan sedang melakukan itu semua. Untuk sementara kalau hujan atau panas kita berteduh di pohon beringin. Nggak apa-apa. Yang punya pohon masih mengizinkan kok. Kita bisa bersandar di batangnya. Kita pun masih bisa sholat dibawahnya jika hujannya lama. Nggak ada yang melarang. Banteng-banteng liar itu pun nggak akan marah kalau kita tidak mengusiknya.
Tiba-tiba datang H(t), dia berkata
H(t): Pohon beringin gak ok. Tak ada tempat berteduh kecuali istana. Tak ada tempat bernaung kecuali bangunan bintang lima. Tebang saja pohon itu!
B(y): Heh Kang, engkau ini bagaimana to. Lalu kalau hujan dan panas kita semua akan dikemanakan? Sadar apa tidak sih kamu ini.
H(t): Hah, nggak peduli. Pokoknya tebang ! Bikin rumah adalah kewajiban asasi!
A(x): Waduh, kok gitu sih kakang H(t) ini. Bukankah kita sedang belajar membikin pondasi ?
H(t): Dari dulu belajar melulu. Heh kutu buku ! Menebang pohon adalah solusi!
B(y): Iya, kita sedang mempersiapkan pondasinya. Kalau kita menebang pohon beringin itu, maka banteng-banteng yang juga berteduh di sini akan gelisah. Itu bisa membahayakan keselamatan kita. Lebih baik kita jinakkan dulu banteng-banteng itu agar mereka bisa membantu kita cepat-cepat membangun rumah. Misalnya membantu untuk menarik pasir, mengangkut batu dan sebagainya. Banteng-banteng itu, mereka masih liar. Mereka perlu untuk dijinakkan.
H(t): Hah, nggak peduli. Tak ada tempat berteduh kecuali istana. Tak ada tempat bernaung kecuali bangunan bintang lima. Tebang saja pohon itu! Menebang pohon beringin adalah kewajiban asasi, karena tanpa kayu kita nggak bisa membikin atap. Dan beringin adalah asal kayu, maka menebang beringin juga wajib. ALLAHU AKBAR!lihat mereka kepanasan, lihat mereka kehujanan, apa kalian tidak kasihan? Kalau kita punya rumah sendiri, kita tidak kedinginan, bisa masak sendiri. Bisa memasang telepon, bisa memasang listrik dan sebagainya.
A(x) dan B(y) marah besar! Kemarahan mereka memuncak ketika H(t) mulai menyiapkan golok besar dan memprovokasi sejumlah orang untuk menebang pohon beringin itu. Beberapa perempuan terkena hasutan H(t), maka perempuan-perempuan itu ikut-ikutan ulah si H(t) ini. Mereka nggak punya golok, namun meski demikian mereka punya pisau dapur. Gak masalah, tak ada rotan akar pun jadi.
Atas kejadian itu "jika bener-benar ada" maka kita berucap: Wallahul Musta'an. Betapa cerdas H(t). Rasionalis sekali mereka. Sungguh perkara yang besar. Allahu Akbar.
0 comments:
Post a Comment