Different Cup of Coffee for Each of Us

>> Thursday, March 07, 2019

Khansa needs a daily dose of casual reading and Syifa, Hudza need a daily dose of hard playing; yang beneran main diluar rumah lari-larian.

Rewarding them is simple, Gramedia for Khansa (karna ga ada library di Batam) and playground for Syifa/Hudza or sometimes Toko Serba 8000 where they can find varieties of cheap toys.

Rewarding bunda is also simple, tempat pijet. So if we can find a book shop, playground or toko mainan and tempat pijet next to each other, that will be the best ever!

Read more...

Kelekatan vs Kedekatan (Bagian 4)

>> Monday, January 28, 2019

⭐Resiliensi

Maksudnya adalah daya lentur, kemampuan seseorang untuk sembuh dari kondisi stress atau trauma dalam kehidupan mereka. Orang-orang yang memiliki kelekatan positif dengan orang tuanya kemungkinan besar akan memiliki resiliensi yang kuat/baik.

⭐Karakteristik psikologis dari resiliensi anak

  • Anak yang memiliki perasaan harga diri dan percaya diri
  • Percaya atas kapasitas masing-masing untuk membuat langkah memperbaiki diri
  • Mempunyai life skill yang baik, termasuk mempunyai pendekatan penyelesaian masalah yang baik
Orang-orang yang berkembang kecerdasan spiritualnya kemungkinan besar akan mempunyai resiliensi yang baik.

⭐Pelindung dalam lingkungan

Agar muncul daya resiliensi yg baik, anak-anak harus merasa :
  • Memiliki pelindung dalam hidupnya/lingkungannya
  • Dikelilingi oleh orang tua atau orang-orang dewasa yang kompeten
  • Memiliki hubungan yang baik dengan org tuanya dan orang-orang di sekitarnya
  • Memiliki dukungan sosial
  • Memiliki pengalaman pendidikan yang lebih baik
  • Terlibat dalam aktifitas ibadah yang baik yang dapat memunculkan kebiasaan-kebiasaan, perilaku-perilaku dan akhlaq yang baik.
⭐Karakter utama anak-anak dengan resiliensi tinggi :
  • Mampu menjalin hubungan positif dengan orang tuanya, orang-orang dewasa di sekitarnya, orang-orang sebayanya dan ia mampu berinteraksi dengan mudah
  • Mampu mencari contoh yang positif
  • Memiliki kemandirian dan mampu mencari pertolongan saat membutuhkan
  • Selalu terlibat dalam permainan yang aktif, tertarik mengerjakan apa yang menjadi minat dan bakatnya
  • Memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
  • Memiliki kecenderungan untuk berpikir sebelum bertindak
  • Mampu bertindak dan mengontrol aspek-aspek kehidupan seseorang. Mampu memberikan pengaruh positif kepada lingkungan sekitarnya; misal mau menolong teman.
  • Memiliki ide-ide positif, memiliki cita-cita
  • Memiliki rasa memiliki kepada apapun (orang tuanya, kakak adiknya, barang-barangnya, dll)

Read more...

Kelekatan vs Kedekatan (Bagian 3)

⭐Dua klasifikasi utama kelekatan

  1. Yang berdampak aman. Jika kelekatannya positif makan anak akan merasa aman.
  2. Yang berdampak tidak aman. Jika kelekatan anak dengan orang tua tidak positif maka anak akan merasa tidak aman. Anak menjadi rentan mengalami masalah kejiwaan, misalnya anak mudah marah, mudah menangis, emosi dan mudah memunculkan perbuatan-perbuatan negatif (contoh berbohong, mencontek, dll).
⭐Akibat postif kelekatan
  • Anak dapat mencapai potensinya sesuai dengan segala fitrah bawaannya (jasmani, rohani, intelektual, kepribadian, minat bakatnya)
  • Anak dapat memilah apa yang harus dia rasakan, apa yang boleh dia percaya
  • Anak bisa berpikir logis/maauk akal, realiatis/sesuai keadaan
  • Anak mampu mengembangkan kecerdasan sosial emosional
  • Anak mampu​ mengembangkan hati nurani/kecerdasan spiritualnya. Dia mampu mempercayai orang lain secara objektif, tidak berlebihan dan juga tidak skeptis.
  • Anak menjadi mandiri, termasuk bagaimana berpikir secara mandiri
  • Anak mampu mengatasi stress dan frustasi dengan baik
  • Anak mampu mengurangi rasa cemburu (misal sibling rivalry, cemburu dengan adek atau kakak)
  • Anak mampu mengatasi ketakutan dan kekhawatirannya
  • Anak mampu meningkatkan harga diri dan kepercayaan dirinya. Dia berani dan mampu memunculkan diri secara baik, tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan.
⭐Akibat negatif dari kelekatan negatif/kedekatan
  • Anak tidak menganggap orang tua sebagai sumber daya; misal : dia tidak mau bertanya, tidak mau cerita atau berbagi karena org tuanya tidak dapat dipercaya, tidak memunculkan rasa aman. Boro-boro bertanya, jangan-jangan nanti belum apa-apa malah dimarahi atau dijudge.
  • Tidak menganggap bahwa orang tuanya adalah pengasuh utamanya
  • Tidak mempedulikan keberadaan orang tuanya atau justru malah sangat terobsesi dengan orang tuanya (terlalu nempel, terlalu tidak mandiri, terlalu bergantung)
  • Menderita ketika terpisah. Ini mirip seperti terlalu terobsesi.
  • Memperlihatkan ketergantungan yang terlalu amarah. Misal ibunya pergi sebentar saja bisa marah-marah.
  • Bingung terhadap segala perasaan dan ide-ide. Mungkin karena selama ini orang tua terlalu mendikte/mengcounter segara permasalahannya.
  • Terbawa antara pendekatan dan pelarian secara bersamaan. Misal jika ibunya tidak ada dia marah tapi jika ibunya ada dia juga tidak merasa nyaman/tidak betah.
  • Memperhatikan dengan terdiam. Memperhatikan apa yang terjadi tetap tidak tahu bagaimana harus bersikap (mental block), ujung-ujungnya emosi, marah atau menangis.

Read more...

Kelekatan vs Kedekatan (Bagian 2)

⭐Kelekatan dapat dilakukan melalui 3 proses:

1. Dorongan siklus relaksasi (kepercayaan, keamanan, kelekatan)

Siklus berikut ini akan muncul terus menerus dalam kehidupan manusia : adanya kebutuhan (misal haus) lalu memunculkan perasaan tidak nyaman sehingga diperlukan pemenuhan kebutuhan (minum) untuk memenuhi kepuasan (minum cukup sampai puas). Sehingga muncul ketenangan/relaksasi.

Orang tua harus dapat menjadi sosok yang memenuhi kebutuhan anak tersebut. Menjadi sosok yang kredibel dan dapat dipercaya oleh anak sehingga dia merasa aman dengan orang tuanya. Maka secara otomatis akan muncul kelekatan antara anak dengan orang tua.

2. Siklus interaksi positif

Orang tua memberikan reaksi positif lalu anak merespon dengan positif pula. Respon positif anak kemudian akan memunculkan lagi reaksi positif orang tuanya; dan begitu seterusnya. Interaksinya selalu positif sehingga memunculkan harga diri, kepercayaan diri serta kecerdasan spiritual pada anak yang berkembang secara optimal.

Hanya orang tua yang bahagia dan positif yang bisa memberikan interaksi-interaksi positif bersama anak.

3. Perilaku mengklaim

Contohnya saat kita memberikan nama atau panggilan, misal : kakak atau adek. Juga saat anak tahu jika saat dia membutuhkan sesuatu (misal saat jatuh), orang tua segera bertindak (misal : langsung memberikan obat, dll). Termasuk pula saat orang tua memilihkan sekolah yang baik untuk anak, ini adalah contoh perilaku mengklaim.


Read more...

Kelekatan vs Kedekatan (Bagian 1)

>> Saturday, January 26, 2019

Rangkuman kulwap parenting oleh Anggia Darmawan

⭐Kelekatan adalah hubungan emosional dan fisik yang sangat dekat antara anak dengan orang tua.

⭐Kelekatan berbanding lurus dengan bagaimana anak memahami tentang dirinya dan hubungannya dengan dunia/lingkungan luar. Jika kelekatannya positif maka anak akan melihat dirinya secara positif dan melihat dunia/lingkungannya juga dengan positif.

⭐Diawal kehidupan, kelekatan anak dan orang tua harus positif agar seiring dengan berjalannya waktu, kelekatan tersebut dapat perlahan-lahan bergeser kepada kelekatan terhadap support sistem yang lain (misal : suami dari anak nantinya).

Anak-anak yang kelekatan kepada orang tuanya positif pada akhirnya nanti akan dapat menjadi mandiri. Kelekatan tersebut nantinya akan dapat dengan baik berpindah kepada support sistem yang lain.


Sedangkan anak-anak yang kelekatan kepada orang tuanya tidak positif, kemungkinan besar ia akan tetap bergantung kepada orang tuanya atau bahkan bisa jadi nantinya ia akan tidak punya support sistem sama sekali, hidupnya hanya bergantung kepada dirinya sendiri.

 ⭐Agar kelekatan antara anak dan orang tua dapat terbentuk dengan baik diawal kehidupan anak, ada 2 prinsip yang harus terpenuhi, yaitu:
  1. Orang tua mudah dijangkau (orang tua harus selalu ada secara fisik maupun emosional saat anak membutuhkan). Quality time jauh lebih penting daripada quantity time.
  2. Orang tua cepat tanggap (orang tua dapat memenuhi kebutuhan anak dengan sensitif, akurat dan langsung).

Read more...

Komunikasi Produktif dan Efektif

Ditengah minggu biasanya Syifa suka merengek-rengek tanda dia mulai merasa stress dan panik karena PR, tugas sekolah dan class test mulai banyak. Menjelang ujung minggu kepanikannya meningkat karena harus setor hafalan tahfidz di hari Sabtu.

Bunda suka ga sabar kalo Syifa merengek. Capek pulang kerja pengennya istirahat dulu, barang 15 menit. Tapi apa daya memang anak-anak kan hanya menuntut haknya.

Yang sudah-sudah biasanya ditanggapi sekenanya sambil makan atau mengerjakan yg lain, "Ya udahlah kak jangan nangis, cepet kerjain aja. Kalo kakak cuma merengek percuma aja, ga akan selesai juga tugasnya."
Reaksi dan komentar seperti tu memang tidak terlalu efektif menangani rengekan Syifa. Yang ada dia malah makin drama, bunda jadi emosi.

Pernah juga bunda jawab, "Udahlah, kalo kakak ngeluh capek, banyak tugas, trus panik, mendingan kakak berhenti aja bina prestasi (kls tambahan) dan TAP (Tahfidz Acceleration Program) nya. Bunda ga mau kakak masih anak-anak udah merasa stress." Syifa makin menjadi-jadi nangisnya.
Pusing, serba salah.

Sebetulnya​ Syifa bukan anak yang sulit diajak komunikasi, hanya saja memang disaat-saat dia stress/panik seperti itu, sikapnya jadi 'challenging'. Typical anak melankolis.

Bunda coba memperbaiki pola komunikasi sama Syifa disaat dia stress. Bunda belajar menerapkan teori komunikasi produktif dan efektif. Banyak sih poin-poinnya, tapi yang diingat-ingat minimal ini:

(1) tunjukkan empati, pake kaidah 7-38-55 (7% suara, 38% intonasi, 55% bahasa tubuh)
(2) fokus pada solusi
(3) ganti perintah dengan pilihan
(4) tanyakan pendapat
(5) berikan motivasi/pujian

Saat Syifa mulai "kumat" merengeknya, bunda harus tinggalkan dulu semua aktivitas dan fokus sama dia.

⭐Tunjukkan empati.
Dipeluk lalu dielus-elus punggungnya
B: "Bunda tau kakak capek, sini dipijitin."
S: "Capek banget bun, Syifa itu banyak PR, blm lagi ada tugas SBK, test binpres, TAP, belum siapin bla bla bla."
B: "Wah banyak banget ya kak, pantesan kakak capek dan pusing. Itu semua harus dikerjain hari ini ya?"
S: "Ya engga sih, tapi Syifa pusing mikirinnya."
B: "Dulu waktu bunda seumur kakak juga kadang pusing kalo tugasnya banyak, tapi bunda punya cara biar ga pusing. Mau tau?"
S: "Gimana?"

⭐Fokus pada solusi.
B: "Bunda tulis semua tasknya di kertas, dimulai dari task yang harus selesai duluan. Setelah itu mulai dikerjakan satu per satu, one at a time. Kakak mau coba bikin list kaya bunda dulu?"
Alhamdulillah Syifa mau ikutin.

⭐Tanyakan pendapatnya.
Setelah list jadi,
B: "Kayanya task #1 dan #2 perlu dikerjakan malam ini. Menurut kakak sisanya bisa dikerjakan besok ga?"
Awalnya keukeuh mau dikerjain semua malam itu tapi bunda ingatkan lagi, one at a time, akhirnya Syifa ngangguk tanda setuju.

⭐Beri pilihan.
B: "Sekarang kakak mau istirahat dulu atau langsung kerjakan task #1?"
Syifa pilih kerjakan task #1. Bunda memantau aja, mulai bisa ditinggal sebentar-sebentar untuk mengerjakan yang lain atau menghandle kak Khansa & adek Hudza yang juga butuh perhatian.

⭐Beri pujian setelah selesai.
Dipeluk dan dicium (yang dua ini memang bahasa cintanya Syifa banget)
B: "Maashaa Allah, ternyata kakak bisa cepet ya selesaikan task #1 nya, anak bunda cerdas."

Moodnya makin baik, lanjut task #2 selesai. Akhirnya happy ending, tugas- tugas selesai, Syifa senang, bunda lega. Feel so good bisa accomplished ini, alhamdulillah.

Ternyata komunikasi efektif itu membantu banget. Ya gini ini kalo belajarnya telat.
Harus terus belajar memperbaiki diri agar jadi bunda yang lebih baik untuk anak-anak tercinta.

Read more...

Memaknai Arti Berkah

>> Tuesday, January 22, 2019

Catatan ini tersimpan di note di HP bunda. Tulisan yang bagus maashaa Allah tapi tidak tertulis siapa penulisnya. Semoga penulisnya mendapat pahala dari Allah, barokallohufiih. 

—————————

Berkah diinginkan oleh hampir semua hamba yang beriman, karena orang yang mendapatkannya akan mendapat limpahan kebaikan dalam hidup.

Berkah bukanlah serba cukup dan mencukupi saja, akan tetapi berkah ialah bertambahnya ketaatanmu kepada الله dengan segala keadaan yang ada, baik berlimpah atau sebaliknya.

Berkah itu: "...albarokatu tuziidukum fii ." Berkah itu menambah taatmu kepada الله.

Hidup yang berkah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru berkah sebagaimana Nabi Ayyub عليه السلام, sakitnya menambah taatnya kepada الله.

Berkah itu tak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Musab ibn Umair.

Tanah yang berkah itu bukan karena subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan الله ...tiada banding....tiada tara.

Makanan berkah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi lebih taat setelah makan.

Ilmu yang berkah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, akan tetapi yang mampu menjadikan seorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal & berjuang untuk agama الله. 

Penghasilan berkah juga bukan gaji yg besar dan berlimpah, tetapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rejeki bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut. 

Anak-anak yang berkah bukanlah yang saat kecil mereka lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar & mempunyai pekerjaan & jabatan hebat, tetapi anak yang senantiasa taat kepada Rabb-Nya dan kelak di antara mereka ada yang lebih shalih & tak henti-hentinya mendo'akan kedua orang tuanya.

 Semoga segala aktifitas kita hari ini berkah. بَارَكَ اللهُ فِيْك

“Barang siapa yg mengajarkan satu ilmu dan orang tersebut mengamalkannya maka pahala bagi orang yang memberikan ilmu tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkan ilmu tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)

Read more...

Mensyukuri Sakit

>> Sunday, January 06, 2019

Siang itu sepulang ngaji tiba-tiba Syifa demam.
Kata kak Khansa, “Syif, kalo kamu di pondok, kamu bakal bisa mensyukuri datangnya sakit lho.”
Khansa seneng kalo demam datang artinya boleh pulang...

Read more...

  © Blogger template by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP