Komunikasi Produktif dan Efektif

>> Saturday, January 26, 2019

Ditengah minggu biasanya Syifa suka merengek-rengek tanda dia mulai merasa stress dan panik karena PR, tugas sekolah dan class test mulai banyak. Menjelang ujung minggu kepanikannya meningkat karena harus setor hafalan tahfidz di hari Sabtu.

Bunda suka ga sabar kalo Syifa merengek. Capek pulang kerja pengennya istirahat dulu, barang 15 menit. Tapi apa daya memang anak-anak kan hanya menuntut haknya.

Yang sudah-sudah biasanya ditanggapi sekenanya sambil makan atau mengerjakan yg lain, "Ya udahlah kak jangan nangis, cepet kerjain aja. Kalo kakak cuma merengek percuma aja, ga akan selesai juga tugasnya."
Reaksi dan komentar seperti tu memang tidak terlalu efektif menangani rengekan Syifa. Yang ada dia malah makin drama, bunda jadi emosi.

Pernah juga bunda jawab, "Udahlah, kalo kakak ngeluh capek, banyak tugas, trus panik, mendingan kakak berhenti aja bina prestasi (kls tambahan) dan TAP (Tahfidz Acceleration Program) nya. Bunda ga mau kakak masih anak-anak udah merasa stress." Syifa makin menjadi-jadi nangisnya.
Pusing, serba salah.

Sebetulnya​ Syifa bukan anak yang sulit diajak komunikasi, hanya saja memang disaat-saat dia stress/panik seperti itu, sikapnya jadi 'challenging'. Typical anak melankolis.

Bunda coba memperbaiki pola komunikasi sama Syifa disaat dia stress. Bunda belajar menerapkan teori komunikasi produktif dan efektif. Banyak sih poin-poinnya, tapi yang diingat-ingat minimal ini:

(1) tunjukkan empati, pake kaidah 7-38-55 (7% suara, 38% intonasi, 55% bahasa tubuh)
(2) fokus pada solusi
(3) ganti perintah dengan pilihan
(4) tanyakan pendapat
(5) berikan motivasi/pujian

Saat Syifa mulai "kumat" merengeknya, bunda harus tinggalkan dulu semua aktivitas dan fokus sama dia.

⭐Tunjukkan empati.
Dipeluk lalu dielus-elus punggungnya
B: "Bunda tau kakak capek, sini dipijitin."
S: "Capek banget bun, Syifa itu banyak PR, blm lagi ada tugas SBK, test binpres, TAP, belum siapin bla bla bla."
B: "Wah banyak banget ya kak, pantesan kakak capek dan pusing. Itu semua harus dikerjain hari ini ya?"
S: "Ya engga sih, tapi Syifa pusing mikirinnya."
B: "Dulu waktu bunda seumur kakak juga kadang pusing kalo tugasnya banyak, tapi bunda punya cara biar ga pusing. Mau tau?"
S: "Gimana?"

⭐Fokus pada solusi.
B: "Bunda tulis semua tasknya di kertas, dimulai dari task yang harus selesai duluan. Setelah itu mulai dikerjakan satu per satu, one at a time. Kakak mau coba bikin list kaya bunda dulu?"
Alhamdulillah Syifa mau ikutin.

⭐Tanyakan pendapatnya.
Setelah list jadi,
B: "Kayanya task #1 dan #2 perlu dikerjakan malam ini. Menurut kakak sisanya bisa dikerjakan besok ga?"
Awalnya keukeuh mau dikerjain semua malam itu tapi bunda ingatkan lagi, one at a time, akhirnya Syifa ngangguk tanda setuju.

⭐Beri pilihan.
B: "Sekarang kakak mau istirahat dulu atau langsung kerjakan task #1?"
Syifa pilih kerjakan task #1. Bunda memantau aja, mulai bisa ditinggal sebentar-sebentar untuk mengerjakan yang lain atau menghandle kak Khansa & adek Hudza yang juga butuh perhatian.

⭐Beri pujian setelah selesai.
Dipeluk dan dicium (yang dua ini memang bahasa cintanya Syifa banget)
B: "Maashaa Allah, ternyata kakak bisa cepet ya selesaikan task #1 nya, anak bunda cerdas."

Moodnya makin baik, lanjut task #2 selesai. Akhirnya happy ending, tugas- tugas selesai, Syifa senang, bunda lega. Feel so good bisa accomplished ini, alhamdulillah.

Ternyata komunikasi efektif itu membantu banget. Ya gini ini kalo belajarnya telat.
Harus terus belajar memperbaiki diri agar jadi bunda yang lebih baik untuk anak-anak tercinta.

0 comments:

Post a Comment

  © Blogger template by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP