Kecerdasan Komunikasi dalam Rumah Tangga
>> Wednesday, July 09, 2008
Di rangkum dari Majalah Nikah Vol 7, Juli 2008
Oleh: Ust. Abu Umar Basyir
Ada banyak contoh rumah tangga yang gagal, bukan karena konflik berat atau kelainan prinsip yang essensial, tapi karena kegagalan dalam komunikasi antar pihak yang terkait dalam kehidupan rumah tangga tersebut. Komunikasi adalah termasuk persoalan dasar dalam rumah tangga. Seringkali berbagai teori gemerlap seputar cara membentuk rumah tangga bahagia menjadi begitu mentah ketika sudah tersandung dengan kesulitan berkomunikasi.
Komunikasi menjadi sebuah pekerjaan yang penuh makna bila mampu menampilkan secara optimal segala curahan hati, pokok2 pemikiran dan ungkapan kasih atau benci dari masing2 pihak yang berkomunikasi kepada pihak yang diajak bicara. Suami dengan istri adalah dua pihak yang sudah terikat cinta kasih yang semakin tumbuh berkembang seiring berjalannya kehidupan rumah tangga. Cinta kasih itu bahkan menjadi 'sejati' saat sudah dibaluri nilai2 Islam. Karena target cinta kasih itu menjadi sosok yang jelas, yakni menggapai keridloan Allah.
Namun persoalannya, masing2 pihak kerap kali berbicara dengan bahasa yang unik sesuai dengan wawasan dan perkembangan intelektualitas masing2. Terkadang diantara suami istri, mengkomunikasikan cinta kasih juga dengan cara yang berbeda. Masing2 punya cara spesifik untuk membuat lelucon, canda, atau basa basi yang sering kali dipahami secara berbeda oleh pihak lain.
Disini dibutuhkan sikap bijak untuk memahami banyak hal pada pasangan terutama dengan dimensi pikirannya yang sedang mengalami kejutan2 unik khas masing2 gender. Pria dengan dunianya dan wanita dengan dunianya. Terkadang masing2 merasa harus mengkomunikasikan segala yang berbelit2 dalam pikirannya sementara sang pasangan juga punya obsesi serupa. Payahnya sering kali kedua obsesi itu bertempur berebut eksistensi. Konflik pemikiran pun terjadi. Dan keributan bisa jadi menjadi bagian akrab dengan mereka berdua saat itu. Sekali lagi sangat dibutuhkan kebijakan dalam menangkap sinyal2 komunikasi itu secara tidak terlalu verbal bahkan sering kali berwujud multitafsir.
Untuk dapat berkomunikasi secara cerdas, suami atau istri sesungguhnya tidak memerlukan pendidikan dan pengajaran akademis yang tinggi. Yang paling dibutuhkan justru mengontrol emosi yang mapan yang tumbuh melalui pembiasaan.
Pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan wawasan memang sangat diperlukan untuk membuka cakrawala berpikir ke arah yang lebih maju. Kebijakan dan kearifan juga tumbuh subur bila disemai dan diberi pupuk pengetahuan yang memadai. Artinya diperlukan perangkat lain yang jauh lebih penting dari sekedar teori ilmiah semata, yaitu kecerdasan emosi yang melahirkan kecerdasan berpikir, kearifan bersikap, dan kejeniusan dalam berkomunikasi.
Sabda Rasulullah, "Orang yang kuat bukanlah yang kuat bergulat namun yang mampu menahan diri ketika marah." (HR Bukhori no. 6114, Muslim no. 2609)
2 comments:
subhannAlloh..izin coy ya ukh ^__6
tafadhol ukhti =)
Post a Comment