Akan tetapi urusan yang besar telah merisaukan mereka
>> Wednesday, January 18, 2006
Disalin dari buku:
Potret Kehidupan Para Salaf
Keteladanan Para Shahabat dan Tabi'in dalam Kehidupan Sehari-hari
Dr. Mustafa Abdul Wahid
Pustaka At Tibyan
Hasan Al Basri, seorang tabi'in yang agung berkata: "Sesungguhnya Allah memiliki hamba yang seakan-akan mereka melihat penghuni Naar yang disiksa didalamnya, hati mereka diliputi kesedihan. Mereka jauh dari kejahatan, jiwanya terjaga, kebutuhan mereka sedikit, mereka bersabar dengan kehidupan yang sementara demi kebahagiaan selamanya. Adapun waktu malam, telapak kakinya terpancang, air mata mengalir dipipinya, mengadu kepada Rabb mereka 'Rabbana...Rabbana...', adapun siang hari mereka adalah ulama hulama (ulama yang lemah lembut), berbuat baik dan bertakwa. Bila orang lain memandangnya akan menyangka bahwa mereka sedang sakit atau sedang bingung, padahal mereka tidak sedang sakit! akan tetapi urusan yang besar telah merisaukan mereka."
Ini adalah figur contoh bagi orang mukmin yang bertakwa, yang tertancap iman dilubuk hatinya, seakan-akan mereka melihat penduduk Naar yang sedang merintih dan meronta. Adakah orang yang melihat kenyataan yang mengerikan masih terbetik hatinya untuk berbuat jahat, meremehkan kewajiban, atau lupa akan tujuan ia diciptakan?
Alangkah cerdiknya mereka orang-orang yang takut terhadap berita yang telah dikabarkan Al Qur'an tentang azab yang pedih. Mereka memahami bahwa berita tersebut adalah peringatan bagi manusia disetiap tempat dan zaman. Agar mereka waspada dan ingat selagi masih hidup didunia, sebelum sampai masa yang tidak ada gunanya lagi penyesalan dan tidak pula diterima taubat (setelah mati).
"Dan mereka berteriak didalam naar: 'Wahai Rabb kami keluarkanlan kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang soleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan.' Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun." [QS Fathir: 37]
Pengetahuan mereka (hamba-hamba yang bertakwa) akan hal itu menyebabkan lembutnya perasaan, jauhnya mereka dari dosa dan kejahatan. Mereka sebagaimana yang digambarkan oleh Al Hasan Rahimahullah: "hati mereka diliputi kesedihan dan mereka jauh dari kejahatan."
Maka barangsiapa yang takut kepada Allah maka ia tidak takut kepada selainNya karena ia selalu mengawasi dirinya sekalipun tak ada seorangpun yang melihatnya, karena ia selalu yakin akan pengawasan Allah dan ilmuNya terhadap apa yang terlintas dihatinya dan apa yang disembunyikan didadanya.
Dengan hal itu mereka menjaga kehormatan jiwa, merasa cukup, sedikit keperluan hidupnya, qana'ah, merasa kecukupan dengan sesuatu yang sedikit. Karena mereka faham bahwa itu hanyalah sebagai sarana dan bukan tujuan. Mereka mengambil sekedar apa yang bisa mencukupi keperluannya, tidak menyibukkan diri untuk memperbanyak dan membanggakannya karena mereka tahu dengan ilmul yaqin bahwa mereka akan meninggalkannya menuju ke tempat tujuan lain.
Betapa cemerlang buah pikiran orang-orang yang bertaqwa, betapa agungnya kemenangan yang mereka dapatkan. Sungguh mereka bersabar dengan kehidupan yang sementara demi kebahagiaan yang selamanya karena betapa berumur panjang tetap saja singkat, kendati lapang tetap saja akan terputus, hingga manusia benar-benar akan menyadari bahwa kehidupan dunia seakan-akan satu hari atau setengah hari saja!
Mereka beli kebahagiaan kekal dan kenikmatan abadi dengan bersabar beberapa hari saja, yang sangat singkat, dengan mencurahkan kesungguhan selama beberapa jam saja yang dapat dihitung. Berbeda dengan orang bodoh yang membuang bagian mereka diakhirat demi mengabdi kepada hawa nafsu yang tak terkendali dan syahwat yang buta. Dari sini nampaklah perbedaan dalam hal perilaku antara keduanya antara orang-orang yang lalai dengan suatu kaum yang telapan kakinya terpancang untuk sholat, mengabdi kepada Rabb mereka.
Mereka sibuk dengan urusan yang besar karena mereka tengah memiliki proyek besar yakni mempersiapkan diri untuk menghadapi pertemuan agung, yang setiap orang akan mendapatkan kebaikan atau kejahatan dari akibat apa yang telah ia perbuat, ia mengira kalau jarak antara dirinya dengan hari itu masih jauh.
1 comments:
ijin share ya umm
Post a Comment