Bunda...Ngga Boleh Capek
>> Monday, February 12, 2007
"Hik ihik ihik...", kudengar suara putri kecilku, merintih pelan sambil gedebag gedebug, gelisah tidurnya. MasyaAllah, tersentak aku lalu bangun dari tidur yang ngga bisa dibilang nyenyak. Kantuk masih menguasai dan waktu subuh masih jauh. Hup...langsung aku dekati box tidurnya dan mengecek celananya, basah, ngompol...
Tiap malam, ia biasa terbangun paling tidak 3 kali, entah karena pipis atau lapar. Alhamdulillah, putriku termasuk anteng kalau lagi tidur (kalau ngga mau dibilang ndableg). Biasanya setelah diganti celananya, diberi minum, dan sendawa, dia akan tidur lagi dengan cantiknya. Kadang sambil memberinya minum, rasa kantukku sulit sekali pergi. Lelah hari itu belum juga hilang. Aku sering sempatkan untuk melirik ayahnya yang masih tenang dalam tidurnya, pulas sekali...ah ayah, kecapekan ya...
Realita memang tak seperti bayangan. Semasa masih gadis, aku hanya membayangkan betapa bahagianya menjadi seorang ibu. Saat melihat kelucuan dan keceriaan seorang anak, ingin rasanya segera memiliki.
Kini setelah aku benar dikaruniai seorang anak ternyata tak sesederhana yang kukira. Merawat dan mendidik anak sungguh membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang ekstra. Tidak ada kata capek bagi seorang bunda, terlebih di bulan2 awal setelah melahirkan. Kondisi tubuh yang belum pulih bukan alasan untuk beristirahat panjang, apalagi bermanja-manja atau merintih-rintih.
Aku sangat bersyukur, suamiku tidak tinggal diam dalam merawat si kecil meski awalnya terlihat agak canggung. Maklum, ini anak pertamanya, jangankan suami, akupun masih canggung pada awalnya. Alhamdulilah dalam waktu singkat suami sudah bisa turut serta merawat si kecil, walau untuk memandikan dia belum berani (sampai sekarang =P). Setidaknya untuk menggendong dan mengganti popok dan baju sudah luwes. Bahkan sekarang anakku dekat sekali dengan ayahnya. Tidak jarang suamilah yang mengingatkanku untuk sabar menghadapi anak yang terkadang rewel, "yang sabar bunda sayang...".
Kini si kecil sudah berusia 4 bulan lebih. Alhamdulillah dia ceria, sehat, lincah, dan perkembangannya pun menggembirakan. Sudah bisa tengkurap, tertawa, dan ngobrol sama ayah bundanya, bikin gemas. Melihat si kecil sehat dan bahagia, itu luar biasa rasanya bagi seorang bunda. Seolah hilang rasa sakit dan lelah yang kemarin-kemarin. Si kecil juga lah yang menguatkan hubungan seorang istri dengan suaminya. Berguling2 dikasur bersama suami dan anak yang baru bangun tidur bau asem (tapi seger)... what a beautiful life...
Aku sangat bersyukur kepadaNya...atas pertolongan dan kemudahan yang telah Dia berikan. Hari kemarin memang melelahkan, tapi hari esok masih menanti kelelahan berikutnya untuk mendidiknya menjadi generasi rabbani. Semoga Allah senantiasa memberikan pertolonganNya sehingga aku dan suami mampu mendidiknya menjadi anak yang shalihah.
Kulihat wajah si kecil didekatku. Matanya tertutup rapat, tidurnya pulas, ada sedikit senyum tersungging di bibir mungilnya. Begitu lucu, cantik, mirip...
Kucium pipinya pelan2, "Bobok ya sayang..."
0 comments:
Post a Comment