Tafakur

>> Thursday, February 15, 2007

Menyelami nasihat yang indah oleh Ibnul Jauzi kepada anaknya...
(Akhowati fillah mahbubah (bener ga ya bhsnya)...semangat yuk!!! nasehat menasehati dalam kebaikan dan kesabaran ---> menasehati dengan cara yang lembut, menerima nasehat dengan lapang dada)

Rahasia Sukses Menasihati Anak (Luftatu 'l-Kabad fi Nashihati 'l-Walad)
Oleh Ibnul Jauzi
Penerbit Al Qowam

Mengertilah wahai anakku, semoga Allah senantiasa menunjukimu kepada kebenaran bahwa seorang manusia tidak pernah diistimewakan dengan diberi akal kecuali agar dia berbuat sesuai dengan tuntutan akal tersebut.[1] Oleh karena itu kedepankanlah akalmu, berdayakan pikiranmu, dan perkayalah jiwamu.

Belajarlah dengan berdasarkan dalil [2] karena engkau adalah seorang makhluk yang mendapatkan beban hukum, dimana engkau dibebani berbagai kewajiban yang harus engkau kerjakan. Ada dua malaikat yang senantiasa mencatat semua ucapan dan pandangan matamu. Nafas-nafas kehidupan, sesungguhnya hanya mengarahkanmu kepada kematian. Waktu untuk tinggal di dunia sangatlah singkat, sedang terkurungnya seorang hamba di kubur sangatlah lama, dan siksa akibat memperturutkan hawa nafsu adalah sangat menyakitkan.

Lantas dimanakah kenikmatan2 yang dirasakan kemarin? Semuanya telah pergi. Dan yang tersisa kini hanyalah penyesalan.

Dimanakah segala kelezatan memperturutkan syahwat yang pernah dibisikkan oleh nafsu? Betapa banyak kepala yang tertunduk lesu dan kaki yang tergelincir? Seseorang yang berbahagia tidak akan bisa merasa bahagia dengan sebenar2nya kecuali dengan menentang hawa nafsunya (dan dengan kecondongan hati kepada agama Allah). Dan seseorang yang sengsara tidak akan pernah mengalami kesengsaraannya kecuali karena ia lebih mementingkan dunianya.

Ambillah pelajaran dari para raja dan ahli zuhud yang pernah hidup dimasa lampau. Dimanakah gerangan kenikmatan yang pernah mereka kenyam? Dan dimanakah gerangan kesusahan yang pernah mereka rasakan? Kini yang tersisa hanyalah pahala yang melimpah dan cerita yang baik, yang diperuntukkan bagi orang2 yang mau menaati Allah. Sedangkan cerita yang buruk dan siksaan yang menyakitkan diperuntukkan bagi orang2 yang bermaksiat kepadaNya. Seolah2 mereka yang merasa lapar pada hakikatnya tidak pernah lapar dan mereka yang merasa kenyang sebenarnya juga tidak pernah kenyang.

Bermalas2an untuk mengerjakan amal keutamaan adalah tabiat buruk. Kesukaan menganggur mendatangkan penyesalan dan tidak mengembangkan potensi semua kenikmatan yang telah ada. Oleh karena itu bersiaplah untuk bersusah payah mengerjakan amal keutamaan.

Mengertilah bahwa mengerjakan semua kewajiban dan menjauhi semua larangan adalah suatu keharusan. Ketika seorang manusia sengaja membangkang, maka kesengajaannya untuk masuk neraka itu pun diganjar dengan neraka pula.


Kemudian hendaknya engkau juga mengerti bahwa mendapatkan keutamaan merupakan tujuan paling final dari orang2 yang bersungguh2 dalam menjalankan tuntutan agama. Mengenai keutamaan sendiri ada perbedaan pendapat dikalangan cendikia. (Sebagian berpendapat bahwa keutamaan itu terdapat dalam zuhud [3] terhadap dunia. Sedangkan sebagian yang lain berpendapat bahwa zuhud terdapat dalam penyibukan diri untuk beribadah).

Yang benar, keutamaan yang sempurna tidak lain adalah proses menghimpun ilmu dan amal.[4]Apabila proses penghimpunan kedua hal ini telah berhasil diwujudkan, maka keduanya pun akan mengangkat orang yang memilikinya menuju pada pemahaman yang semestinya terhadap Sang Pencipta, Yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Serta menggerakkan pemiliknya tersebut untuk merasa takut kepadaNya dan merindukanNya.

Tujuan yang hendak dicapai itu sesuai dengan kadar kemampuan yang telah dicurahkan oleh orang yang mempunyai tekad yang kuat, maka datanglah himpunan tekad tersebut. Namun tidak semua yang diimpikan layak menjadi cita2, dan tidak pula semua orang yang menginginkan sesuatu bisa mewujudkan keinginannya tersebut. Namun seorang hamba hanya disuruh untuk bersungguh2, sebab semua orang telah diberi kemudahan untuk mendapatkan apa yang menjadi bagiannya [5]. Dan hanya Allah yang layak untuk dimintai pertolongan.


[1] Lihat QS Ar Ro'd [13]: 3-4, QS Ali Imron [3]: 19, QS Yunus [10]: 101

[2] Belajar dengan berdasarkan dalil adalah prinsip dasar dalam berbagai persoalan akidah dan syariah.


[3] Zuhud: berpaling dari sesuatu dan tidak menaruh minat padanya, serta hanya mengambil yang penting dari hal2 yang halal saja.


[4] Penghimpunan antara ilmu dan amal merupakan satu prinsip dari berbagai prinsip Islam. Dimana Islam tidak mungkin hanya dipahami atau dipraktekkan kecuali dengan merealisasikan hal tersebut. Yang demikian itu karena tidak ada artinya ilmu yang berdiri sendiri namun ilmu tersebut haruslah diwujudkan dalam praktek nyata.

[5] Ungkapan ini berasal dari sebuah hadist muttafaqun 'alaih:
Dari Ali, Rasulullah bersabda: "Tidak seorangpun diantara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya yang ada di neraka dan tempat duduknya yang ada di surga."

Lalu para shahabat berkata: "Wahai Rasulullah mengapa kita tidak bersandar saja pada ketetapan yang telah ditetapkan kepada kita itu dan kita tidak beramal?"

Beliau menjawab:"Beramallah kalian, sebab setiap orang telah dimudahkan untuk mendapatkan apa yang menjadi bagiannya. Jika ia termasuk orang yang berbahagia, maka ia dimudahkan untuk mengerjakan amalan orang yang berbahagia. dan jika dia termasuk orang yang celaka, maka dia dimudahkan untuk mengerjakan amalan orang yang celaka."

Lalu Beliau membaca ayat QS Al Lail [92]: 5-10 "Adapun orang yang memberikan (hartanya) dijalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan akan adanya pahala yang terbaik..."


0 comments:

Post a Comment

  © Blogger template by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP