Mengingat Mati
>> Tuesday, February 27, 2007
24 Feb 2007, pagi waktu subuh hp suami berbunyi... sebuah sms dari adik di rumah "Innalillahi wa innailaihi raji'uun, om Haryo meninggal dunia." "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati." (Ali 'Imran: 185) "Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya." (QS: Qaaf: 19)
Om Haryo, seorang dokter spesialis syaraf yang masih relatif muda, dengan 3 orang anak, usianya belum lagi 50 tahun. Orangnya baik, ramah, down to earth dan lucu. Tinggalnya persis di sebelah rumah di Wonogiri. Terakhir kami ketemu dengan beliau kira2 lebaran, Oktober 2006, yang lalu waktu beliau sekeluarga silaturahim ke rumah sekalian nengokin Khansa. Saat itu beliau tampak sehat dan memang sejauh ini katanya ngga ada riwayat sakit (emangnya kalau meninggal harus sakit dulu? Subhanallah, Maha Suci Allah... Allah Maha Berkehendak). Sekarang sudah meninggalkan dunia lebih dulu dari kita. Meninggalnya pun di Bandung dalam rangka kondangan ke nikahan saudaranya...
Sempat terdiam sejenak waktu mendapat berita itu.
Kematian... bisa datang kapan saja, kepada siapa saja...
Lagi2 diingatkan... masih mau menyia2kan waktu?
"Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan (maut)" (HR: At-Tirmidzi, hasan menurutnya).
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma pernah berkata, "Aku pernah menghadap Rasululloh shallallahu 'alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, "Wahai Nabi Alloh, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?" Beliau menjawab, "(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat." (HR: Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)
Jadi ingat kata2 bijak di www.muslim.or.id yang mengingatkan kita untuk bertaubat; taubat dari maksiat, taubat dari rasa malas ...
Penyesalan, kesedihan, duhai… jiwa yang terdampar
Di pulau asing dan terjerumus di jurang kelalaian, kemalasan
Berdiri dan tataplah langit
Tengoklah ke sebelah kanan dan kirimu
Apakah yang belum engkau raih
Bukankah selama ini engkau telah mengenyam berjuta-juta nikmat
Oksigen gratis
Cahaya dan panas matahari cuma-cuma
Air yang terus memancar dari dalam perut bumi
Tanpa perlu kau tukar dengan uang sepeserpun juga
Duduklah dan renungkan
Apa yang selama ini kamu lakukan
Beramal dengan ikhlas ataukah hanya sekedar mencari pujian
Pujian dari manusia dan ketenaran di tengah-tengah mereka
Apakah engkau pernah menghitung
Berapa kali engkau terjatuh dalam maksiat
Secara sadar maupun yang kau anggap perkara
Yang biasa dan sepele, toh banyak orang
Yang juga melakukannya
Maha suci Allah !!!
Al Qur'an ada di atas mejamu
Buku-buku agama bertumpuk di sekelilingmu
Alunan suara para qari' senantiasa terdengar di kanan dan kirimu
Masihkah engkau tak bergeming
Dengan noda-noda hitam di dalam lubuk hatimu
Ranjau-ranjau maksiat itu akan segera membinasakanmu
Sadarilah, apa lagi yang kau tunggu
Apakah kau menunggu malaikat maut
Menjemput dan memaksamu
Saudaraku, singsingkan lengan bajumu
Tataplah masa depan
Berharaplah kepada kemurahan Ar Rahman
Marilah kita kembali tunduk kepada-Nya
Mumpung pintu taubat masih terbuka dan memanggil-manggil
Kita yang penuh salah dan dosa
Rasulullah saja, makhluk termulia
Dalam sehari bertistighfar 100 kali kepada-Nya
Lalu siapakah kita
Apabila dibandingkan dengan seorang manusia
Paling mulia di atas jagad raya
Seperti beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
Akankah taubat itu kita tunda-tunda
Jangan,
sebab semakin kau tunda
Maka penyesalan itu akan berubah menjadi bencana
Siksaan berlipat ganda di dalam neraka
Sampai si durhaka berkata
Duhai, seandainya aku dulu hanya
menjadi sebongkah tanah saja
0 comments:
Post a Comment