Bergantung Dengan Sarang Laba-Laba

>> Friday, June 26, 2015

WApri dari suami

Tulisan Abu Fairuz

Selalu menyemai harap di tanah makhluk, akhirnya kekecewaan jua yang kita tuai.
Ladang-ladang tandus yang terlihat subur dalam fatamorgana anak manusia, itu yang kita garap dan jadikan tempat bergantung.

Buhul kuat yang menghujam dari bumi ke langit, itu yang kita abaikan dan tinggalkan.
Aduhai... Aduhai...

Aceh Barat Daya, 9 Ramadhan 1436 / 26 Juni 2015

Kita selalu merajut renda kepercayaan pada harta dan kedudukan seolah ialah segalanya yang akan membuat kita berjaya meraih mimpi-mimpi. 

Namun akhirnya berkali kita mengurai penyesalan di patahan-patahan asa.
Lipatan-lipatan waktu jua akhirnya yang mengajarkan pada kita tentang pahitnya kegagalan, menanti panen yang tak kunjung datang.

Sementara rapuhnya sarang laba-laba, itulah yang kita harapkan.

Jatuh bangun tubuh ini meniti titian yang rapuh untuk tempat berpijak namum kita tetap paksa menapakinya.
Sementara jembatan baja yang maha kuat kita abaikan dan tinggalkan.

Mengapalah kita selalu berharap pada sesuatu yang tidak jelas, lupa berharap pada Zat yang tidak pernah mengecewakan.

Mengapa kita tidak pernah jera bergantung dengan rumah laba-laba yang rapuh untuk kembali jatuh dan terjerembab di jalan kecewa?

0 comments:

Post a Comment

  © Blogger template by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP